Selasa, 10 Mei 2016

Jalan-Jalan ke Dieng, Pertama Kalinya!

Gue, Didik, Afan, Aisyah, Bibah, dan Yang Foto ini namanya Reza


Ini dimana gue, Didik, Afan, Aisyah, Bibah dan Eca (kang foto), hendak masuk ke komplek Candi Arjuna di Dieng, Wonosobo. Awalnya, kami berenam dari tempat penginapan jalan lebih dari 700 meter untuk masuk ke komplek Candi.

Uniknya, enggak ada yang istimewa ketika lo pertama kali masuk persimpangan jalan ke arah Timur Dieng, lalu ambil jalur kiri Utara Dieng. Sebab, persimpangan inilah yang jadi 'pintu' pertama masuk untuk wisatawan menuju komplek Candi. Pasti lo akan ngira jalan persimpangan ini kayak jalur menuju ke suatu daerah lain di Dieng, misalnya seperti Pasar atau perdesaan lain.

Jalan selama kurang lebih 300 meter dari persimpangan, mata gue langsung takjub dengan view sekitar komplek Candi. Di tempat dimana gue dan teman-teman gue jalan itu (foto), komplek Candi langsung menyuguhkan pemandangan bukti dan lahan pertanian warga sekitar, yang mengelilingi sekitaran komplek Candi. Jadi, dari mana pun lo berdiri, pasti pengelihatan lo akan langsung tertuju pada bukti-bukit yang menjulang tinggi di sekitar komplek Candi Arjuna. Enggak heran, setelah masuk komplek candi, selain kami berenam, wisatawan lain pun sigap memantapkan diri berpose di depan kamera SLR atau Smartphone yang sudah mereka siapkan.

Gak berhenti sampai di situ, Afan, yang bisa dibilang pemandu kami selama di Dieng (wajar, udah tiga kali doi ke sini) hahaha... banyak nyeritain bagaimana komplek Candi Arjuna alami perubahan secara signifikan. Katanya, komplek Candi Arjuna di tahun 2013 hingga 2014, masih terbilang sepi wisatawan. Bangunan-bangunan di sekitar ini pun masih 'kuno', enggak kayak sekarang ini, fasilitas untuk pengunjung dibuat sedemikian resik dan rapih untuk pengunjung.

Doi pun langsung menuntun kami setelah asyik berfoto-foto (makasih ya, Ca) di sekitar Candi menuju komplek Candi Gatot Kaca yang letaknya cukup jauh dari Candi Arjuna. Bukan capek, tapi justru perjalanan ini asyik dan seru karena diimbangin guyonan selama perjalanan kami. Paling ngehek menurut gue ketika kita berenam hendak masuk ke pelestarian Candi lewat pintu loket, dimana tertulis Wisnus dan Wisman. Percakapan pun terdengar dari gue teman gue, Reza dan Didik selama kami menunggu pembelian tiket masuk yang harganya bisa lo simak, nih...

Kelar foto-foto, Reza nyeletuk nanya sama Didik soal Wisnus dan Wisman. Gue pun terbesit langsung mikir kedua kata itu apa maksudnya, tapi gue gak ikut berbincang sama mereka berdua, tapi sedikit menyimak mereka:

Reza: Dik, Wisnus - Wisman maksudnya apa, dah? Dulu gak ada kayak gini-gini, masuk tinggal masuk (alias gratis).
Didik: Eeeemmmmm... (mikir beberapa detik), mungkin Wisnus itu buat anak kecil maksudnya (Tertera, untuk Wisnus tiket masuk dimahari Rp 10 ribu). Agak masuk logika, nih.
Reza: Oooohhhh... berarti Wisman itu buat orang Dewasa ya, Dik. Soalnya harganya lebih mahal, Rp 25 ribu. Udah kayak mau nyukur di pangkas rambut aja. Dibeda-bedain gini.
Didik: Maklum, lah, Ca, objek wisata namanya juga (Reza nyaut kalo dipanggil Eca atau Paddock).

Dari perbincangan mereka, otak gue langsung nalar maksud dari kedua kata tersebut. Belum ngomong, Eca pun nanya sama Afan yang juga disahuti Bibah, setelah beli 6 tiket masuk.

Eca: Fan, emang Wisnus sama Wisman itu apaan? Lo lihat gak tadi? Soalnya, kita dulu gak ada kayak gini, dah.
Afan: Hahahahaha...!!!
Bibah: Ya Allah, Eca... Hihihihi wkwkwkwk!!!
Eca: Lho, kenapa? Ada yang salah pertanyaan gue?
Didik: Emang apaan Fan?
Eca dan Didik terheran-heran lihat pasangan suami istri ini, Afan dan Bibah, ngakak sejadi-jadinya. Gue bahkan lebih ngakak lagi. Wong gue tahu, tapi mau ngomong sama mereka, langsung kepotong sama pertanyaan si Eca. Dengan gaya bicara kalemnya, Afan pun menjawab pertanyaan mereka:
Afan: Ca, Wisnus itu Wisatawan Nusantara alias lokal. Kalo Wisman, ya jelas pasti buat Wisatawan Mancanegara.
Gue: Mungkin karena mereka kira itu bahasa Jawanya buat anak kecil dan dewasa Fan. Hahahahahahaha
Bibah: Haduuuhhhh... Eca, eca, lo tuh, ya, bikin gue ngakak aja! Ada aja tingkah lo buat bikin ketawa.
Eca: Hahahaha... Wah, Didik juga salah lo. Kalo gitu, mending gue Wisman dah.
Didik: Liat menampilan gue dong, Wisman ini. Wkwkwkwk
Afan: Hahahaha
Gue: Kampret lo berdua... hahahaha
Aisyah: Iiisshhhh si ayang malu-maluin, deh. Hahahaha

Dan sepanjang kita jalan masuk ke komplek Candi Arjuna, kita gak ada berhenti nyinggungin soal Wisnus dan Wisman itu. Kalo menurut gue, penggunaan kata untuk Wisata lokal dan luar, udah kayak nama buat orang aja. Hahahaha... jadi kalo lo ke Dieng, anggap aja lo itu Wisman, meskipun ketika lo masuk ngakunya Wisnus. Hahaha....

Eh, iya, ini hari kedua kami selama di Dieng, tepatnya hari Sabtu (07/5). Sampai di Candi Gatot Kaca, Didik dan Aisyah, Pasangan Suami Istri (Pasutri) ini tanpa menunggu lama langsung merogoh kantong celana mereka masing-masing, kamera smartphone siap digunakan - Aisyah pun langsung manampilkan pose pertamanya di depan suaminya, Didik (Jadi kang foto istri hahaha). Gak kalah eksisnya, Didik juga langsung memantapkan diri beridiri di bawah Candi Gatot Kaca dengan kaca mata menyanggah menampilannya, bak Wisatawan Mancanegara, bro! Padahal, tertulis; Dilarang Menginjak Area Candi! Hahahaha...

Puas mengabadikan diri, kami pun melanjutkan perjalananmenuju tempat wisata lain di Dieng, yakni Kawah Sikidang. Enggak kalah menarik, tunggu cerita gue dan teman-teman gue ini selama di sana. Hehehe... I Love It

#Dieng #CandiArjuna #CandiGatotKaca #KawahSikidang #Travel #Travelers #Traveling #Indonesiakeren #WisataIndonesia #ExploreDieng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar